gw baca disebuah artikel tentang inspirasi , di artikel ini menunjukan bahwa anak autis harus bisa apa yang diinginkan , apa yang dicita-citakan ,dan menunjukan bakat-bakatnya . "janganlah melihat orang dari segi kekurangannya , tapi kita harus bisa melihat , menghargai dari kelebihannya itu . sungguh luar biasa .. "
Beberapa individu penyandang Autis yang berbinar :
1. MICHAEL PHELPS

Lahir di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, 30 Juni 1985; umur 24 tahun) adalah seorang perenang Amerika Serikat dan pemecah rekor dunia (sejak 2006).
Sebagai seorang penyandang autis yang sukses, Temple Grandin telah menjadi sosok yang menumbuhkan inspirasi bagi banyak komunitas autis di seluruh dunia. Temple telah berhasil menyajikan suatu pikiran pada penyandang autis dan tentu saja membuat orang awam pun dapat ikut menyelami. Tidak dapat diragukan bahwa tulisan Temple dalam buku ini sangat informative dan dengan jelas menggambarkan keadaan mental dan kemampuan pemahaman dia sampai dia menjadi seorang yang berhasil. Tentu saja semua keberhasilan itu juga karena dukungan dan kasih sayang orang tuanya yang selalu membimbing dengan gigih.
Michael Phelps (pada usia 15 tahun) berpartisipasi di Olimpiade 2000 di Sydney sebagai perenang putra termuda di ajang Olimpiade sejak 68 tahun. Namun ia tidak memenangkan medali, ia finish ke-5 pada nomor 200 m gaya kupu-kupu, Phelps lalu mulai berkembang dan dikenal dalam dunia renang setelah itu. 5 bulan setelah Olimpiade Sydney, Phelps memecahkan rekor dunia 200 m gaya kupu-kupu berikutnya, pada usia 15 tahun 9 bulan, perenang putra termuda pemecah rekor dunia yang pernah ada. Ia lalu memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri di Kejuaraan Dunia Renang di Fukuoka, Jepang (1:54.58). Tahun 2002 pada kejuaraan nasional di Fort Lauderdale, Florida, Phelps juga memecahkan rekor dunia pada nomor 400 m gaya individual dan memecahkan rekor nasional AS pada nomor 100 m gaya kupu-kupu dan nomor 200 m gaya individual.
Tahun 2003, Phelps memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri di nomor 400 m gaya individual (4:09.09) dan pada bulan Juni, ia memecahkan rekor dunia di nomor 200 m gaya individual (1:56.04). Lalu pada 7 Juli, 2004, Phelps memecahkan rekor dunia lagi atas namanya serndiri di nomor 400 m gaya individual (4:08.41) dan menjadi andalan Amerika Serikat di Olimpiade 2004.
Pada 4 November, 2004, Phelps ditahan polisi di Salisbury, Maryland karena mabuk saat sedang mengemudikan mobil setelah menerobos tanda pemberhentian di mobil Land Rover-nya bersama kedua temannya. Phelps, pada saat berusia 19 tahun (21 tahun adalah batas usia seseorang boleh minum-minuman beralkohol di Maryland), ditahan dan diperiksa polisi karena mengemudikan mobil dibawah pengaruh alkohol. Saat dites darahnya mengandung alkohol sebanyak .08. Phelps dinyatakan bersalah karena kasus mengemudikan mobil tanpa izin, mengemudikan mobil dibawah pengaruh alkohol, mabuk dibawah umur dan menerobos tanda berhenti kendaraan.
Pada 29 Desember, 2004, Phelps dituntut 18 bulan masa percobaan. Ia didenda $250, mengganggu ibunya saat sedang mengemudi dalam keadaan mabuk, dan mengganggu para siswa di 3 Area SMA pada 1 Juni, 2005.
Tahun 2003 ia memenangkan Sullivan Award.
Namun kehidupan buruk yang dialami Phelps tidak berlangsung lama. Di Olimpiade Beijing 2008, dia berambisi memecahkan rekor Mark Spitz yang meraih tujuh emas dalam satu kali kejuaraan Olimpiade. Dan ambisi tersebut menjadi kenyataan. Phelps memboyong delapan medali emas di Olimpiade akbar tersebut dengan lima emas di antaranya adalah nomor individu; dan lima di antaranya dengan pemecahan rekor dunia.
2. Temple Grandin

3. Tiffany Komara
Tanggal 11 Juli 2009 ini, tepat berusia 18 tahun. Selain sudah punya KTP, sudah pula berhak nyontreng Pemilu. Tiffany didiagnosa autis sejak kecil dan sekarang kegiatan Tiffany adalah Kursus lukis, terapi(untuk kegiatan sehari-hari), kursus musik (untuk perasaan).
Tiffany sangat beruntung mempunya guru/pelatih yang benar-benar memiliki keinginan membantu mengembangkan segala bakatnya. Sekarang Tiffany bisa berkomunikasi dengan baik.
Cerita sampai Tiffany bisa melukis bermula dari kebingungan kami mencari kegiatan untuk Tiffany. Akhirnya dapat informasi kalau melukis bagus buat anak penyandang autis terus mendapat info ada sanggar lukis yang mau terima anak SN. Setelah berunding keputusannya "dicoba".
Selama les lukis , sudah sering lukisan Tiffany oleh sanggarnya dikirim untuk bisa ikut lomba atau berpartisipasi dalam pameran yang diadakan di luar negeri seperti Korea, India, Polandia, Jepang dll. Waktu itu sih lukisannya masih pakai Crayon.
Sekali waktu kita juga dapat info ada tempat kursus musik yang mau terima anak SN. Jadi Tiffany juga kursus musik disana. Mulanya vokal trus ganti keyboard. Waktu kursus musiknya mau bikin rekaman anak didiknya, Tiffany ikut di rekam 1 lagu. Jadi ada 1 lagu di CDnya.
4. Oscar Yura Dompas
Penyandang Autis Luncurkan Buku
Dalam Bulan Autis Internasional April ini, seorang penyandang autis, Oscar Yura Dompas (25), meluncurkan buku berjudul Autistic Journey. Menurut psikolog Tika Bisono yang hadir pada acara peluncuran di Jakarta, Selasa (12/4), buku ini adalah pencapaian luar biasa bagi seorang penyandang autis, apalagi ditulis dalam bahasa Inggris.
Dalam bukunya, Oscar menceritakan pengalamannya tumbuh dan berkembang sebagai individu autis. Dari masa kanak-kanaknya hingga sekolah menengah atas yang ditamatkannya di New South Wales, Australia. Oscar yang memang gemar menulis memandang penting dukungan keluarga untuk mendorong dan membuka peluang bagi para penyandang autis untuk menjadi bagian dari masyarakat.
5. Osha - Natrio Catra Yososha

Anakku Osha Lulus SMA dan jadi Mahasiswa UGM
Osha atau Natrio Catra Yososha, yang kini berumur 18 thn adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Yang pertama Agie (25 thn) dan kedua Inno (22 thn). Di bawah ini adalah sekedar sharing perjalanan saya membesarkan & mendidik Osha sejak didiagnosa ASD sampai sekarang, yang mudah-mudahan bermanfaat buat orang tua lain.
Bagian Pertama. Osha didiagnosa ASD (Autistic Spectrum Disorder) pada waktu Osha sudah duduk di kelas 2 SD.
Kelainan pada Osha sebenarnya sudah terdeteksi sejak usia 2 tahun, karena sampai usia hampir 2 thn, Osha belum mampu bicara, yang keluar banyak dari mulutnya hanya suara celoteh yang tidak dapat dimengerti. Dari pemeriksaan oleh neurolog dan yang diperkuat dengan hasil tes lab, terdeteksi bahwa Osha pernah terinfeksi CMV yang menyebabkan kerusakan permanen pada beberapa bagian syarafnya, hasil tes EEG walaupun terlihat beberapa ciri abnormal tapi masih dalam batas yang tidak terlalu menghawatirkan, sedangkan dari tes pendengaran hasilnya sangat baik. Waktu itu kira-kira 16 tahun yang lalu, istilah autisme nyaris belum dikenal luas seperti sekarang, diagnosa dokter anak dan dokter syaraf saat itu, Osha hanya mengalami keterlambatan bicara saja, padahal setelah kami banyak membaca tentang ASD, hampir semua ciri2 autisme terdapat pada Osha.
Kelainan pada Osha sebenarnya sudah terdeteksi sejak usia 2 tahun, karena sampai usia hampir 2 thn, Osha belum mampu bicara, yang keluar banyak dari mulutnya hanya suara celoteh yang tidak dapat dimengerti. Dari pemeriksaan oleh neurolog dan yang diperkuat dengan hasil tes lab, terdeteksi bahwa Osha pernah terinfeksi CMV yang menyebabkan kerusakan permanen pada beberapa bagian syarafnya, hasil tes EEG walaupun terlihat beberapa ciri abnormal tapi masih dalam batas yang tidak terlalu menghawatirkan, sedangkan dari tes pendengaran hasilnya sangat baik. Waktu itu kira-kira 16 tahun yang lalu, istilah autisme nyaris belum dikenal luas seperti sekarang, diagnosa dokter anak dan dokter syaraf saat itu, Osha hanya mengalami keterlambatan bicara saja, padahal setelah kami banyak membaca tentang ASD, hampir semua ciri2 autisme terdapat pada Osha.
6. Yansen Hardjoko

Menyusuri Perjalanan Pendidikan Yansen di SMP Regular
Bagian Pertama
Sekolah adalah masalah rumit bagi para orang tua yang dikaruniakan anak special pada umumnya, namum kami terus berusaha kalau bisa anak kami masuk sekolah umum. Kenapa tidak? Memang semua kembali kepada kondisi dan tingkat kemampuan masing-masing anak. Kalau memang gak bisa ya jangan dipaksakan, prinsipnya mengoptimalkan potensi anak, sampai dimana kemampuannya, dimana bakatnya, itulah yang harus digali. Dan kami sangat setuju dengan beberapa pakar dan praktisi dunia anak kebutuhan khusus "Sekolah untuk AKK tidak harus formal, apalagi hanya untuk mengejar ijazah, tapi intinya bagaimana menjadi mandiri sesuai pontensi yang ada dalam diri masing-masing anak untuk mengisi kehidupannya kelak".
Sekolah adalah masalah rumit bagi para orang tua yang dikaruniakan anak special pada umumnya, namum kami terus berusaha kalau bisa anak kami masuk sekolah umum. Kenapa tidak? Memang semua kembali kepada kondisi dan tingkat kemampuan masing-masing anak. Kalau memang gak bisa ya jangan dipaksakan, prinsipnya mengoptimalkan potensi anak, sampai dimana kemampuannya, dimana bakatnya, itulah yang harus digali. Dan kami sangat setuju dengan beberapa pakar dan praktisi dunia anak kebutuhan khusus "Sekolah untuk AKK tidak harus formal, apalagi hanya untuk mengejar ijazah, tapi intinya bagaimana menjadi mandiri sesuai pontensi yang ada dalam diri masing-masing anak untuk mengisi kehidupannya kelak".
7. Valdy Fadhyo

Valdy Juara Renang Olympiade Siswa Nasional Tahun 2008
Pada 24 Mei 1994, Muhammad Valdy Fadhyo dilahirkan melalui operasi caesar, karena leher terlilit usus dan air ketuban sudah berwarna hujau. Valdy merupakan anak yang manis karena dari lahir hingga tumbuh kembangnya (tengkurap, duduk, merangkak, jalan dan lari) tidak pernah merepotkan orang tuanya, sangat berbeda dengan kakaknya. Kalau malam-malam ngompol dan haus tidak pernah menangis atau terjaga. Malah saya yang selalu bangun untuk menyusuinya, biasanya kan ortunya yang dibangunkan karena tangisannya. Tetapi ketika saatnya anak mulai berbicara kami heran kok ini anak tidak juga mau mengeluarkan kata-kata, saat itu sekitar umur 1,5 tahun. Mungkin karena kami kurang intens terhadap dia sebab kakaknya juga banyak menuntut perhatian. Kami coba dia ajak komunikasi, tapi ya begitu respons seadanya. Tatapannya pun hanya sekelebat saja. Dia lebih asyik dengan mainan atau iklan di TV. Kami pikir dia tuli. Ternyata tidak, setiap ada azan dan iklan (yang visual) dia selalu tertarik. Jika dia berada di kamar dan mendengar suara itu dia keluar dan mencari sumbernya.
8. Kharisma Rizky Pradana

Usia 2,8 Tahun Sudah Bisa Membaca, Kini Hapal 400 Lagu
Kharisma Rizky Pradana, salah satu bocah penyandang autis yang berprestasi. Di usia 10 tahun, dia mampu menghafal ratusan lagu baik pop dewasa, Jawa dan anak-anak. Dia juga telah menelurkan album. Tak salah, bila Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) memberinya penghargaan 2 kali.
LIS RETNO WIBOWO
LAGU Laskar Pelangi dilantunkan dengan fasih. Suaranya lantang, seirama dengan musik pengiringnya. Si penyanyi cilik berambut lurus berponi itu jalan ke sana kemari sambil memegang mik seolah mengacuhkan penontonnya. Bahkan, sesekali ia bersembunyi di balik tirai panggung sembari terus menyanyi.
Tentu saja aksi bocah itu membuat penonton tersenyum. Penampilan Kharisma Rizky Pradana di auditorium Balai Diklat Keagamaan Semarang itu mempesona para penontonnya, yakni keluarga besar kantor setempat. Terbukti, CD albumnya music education for all dan album anak-anak berkebutuhan khusus lain yang dipamerkan di acara talkshow memperingati Hari Kartini itu laris manis.
Kharisma memang istimewa. Sulung pasangan Sumirin, 36 dan Diah Puji Lestari, 35, itu dikaruniai daya ingat yang sangat kuat. Suka membaca koran, senang dengan hal-hal baru, terutama teknologi infomasi.
"Jawa Pos lahirnya tahun 1949. Kantornya Radar Semarang di Graha Pena. Ada onlinenya lho,"cerocosnya sambil tangannya sibuk menulis di papan ketika ditanya ibunya kapan lahirnya koran Jawa Pos.
Tangannya menulis rangkaian kata berbunyi Jawa Pos Radar Semarang, Graha Pena. Sekali membaca koran atau menyaksikan siaran televisi, dia langsung paham dan hafal di luar kepala.
Ketika diajak ngobrol pun, Karisma tak menunjukkan sebagai penyandang autis. Hanya saja sifatnya yang hiperaktif, tak bisa diam seringkali membutuhkan kesabaran tersendiri.
"Saya ingin jadi dokter spesialis anak biar bisa mengobati anak-anak yang sakit, juga pingin menyanyi,"kata murid kelas 4 Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang ini.
Ibunda Kharisma mengaku tak ada peristiwa khusus ketika mengandung dulu. Karisma merupakan sulung sekaligus cucu pertama dalam keluarganya. Sehingga kehadiran bocah itu sangat dinantikan.
"Kadang ada anggapan terjadi autis karena orang tuanya pernah mencoba menggugurkan dengan minum obat-obatan. Itu tidak benar sama sekali. Kami justru sangat menantikan kelahirannya sebagai anak pertama dan cucu pertama di keluarga,"aku Ny Diah seraya menjelaskan ketika hamil 7 bulan pernah jatuh terpeleset tetapi tidak berpengaruh pada kandungannya kala itu.
Memang ketika masih bayi, ia sempat bingung melihat perkembangan anaknya. Ketika namanya dipanggil sama sekali tidak bereaksi. Seringkali asyik bermain seolah memiliki dunia sendiri. Namun secara keseluruhan, kata Ny Diah, tidak ada tanda-tanda kelainan sewaktu Kharisma masih balita. Hanya saja, ibu dua anak itu merasa heran, umur 2,8 tahun Kharisma sudah bisa membaca dengan cara dieja. Padahal tidak ada yang mengajari.
"Dulu belum begitu dikenal luas apa itu autis. Jadi, saya juga tidak tahu meskipun sedikit heran dengan perkembangan anak saya. Ketika dites, IQ-nya di atas rata-rata anak seusianya, 5 tahun kala itu, dan duduk di bangku TK,"jelas perempuan berambut sebahu itu.
Setahun kemudian ikut tes masuk SD tetapi tidak lolos. Ketika ditanya guru, dia tidak fokus, lari kesana kemari. Dan belum bisa menulis meskipun pandai membaca. Dua sekolah dasar menolaknya. Karuan, orang tua Karisma merasa tertekan dengan kondisi anaknya. Terlebih lagi, anak-anak sebaya di kampungnya kerap menolaknya waktu itu karena dianggap terlalu hiperaktif.
Tetangga menyarankan Kharisma didaftarkan di SLB. Dengan berat hati hal itu dilakukan, meski SLB dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Ternyata justru di sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah Ciptono itulah Kharisma menemukan bakatnya. Ia diterapi secara intensif karena pada saat masuk, komunikasinya belum jelas, tidak ada kontak mata dan bertindak semaunya sendiri.
Dalam waktu singkat, kemampuan Kharisma terasah. Dalam waktu singkat, telah hapal 70 lagu populer sampai akhirnya 250 lagu. Atas prestasi itu, Kharisma memecahkan rekor Muri. Kini, sekitar 400 lagu berhasil dikuasainya.
"Kalau di kelas suka mengetuk-ngetuk meja. Lalu kami arahkan ke bidang seni musik,"kata Kepsek SLBN Semarang Ciptono yang kini dikenal pula sebagai motivator.
Belum lama ini Kharisma mendapatkan hadiah laptop dari istri Wali Kota Semarang Ny Sinto Sukawi Sutarip. "Saya sudah bisa menggunakan internet,"cetusnya menyebutkan Compaq merek laptop kebanggaannya itu.
Ia juga dinobatkan sebagai anak angkat Kota Semarang oleh Pemkot Semarang beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, Ny Diah mengaku tidak kerepotan mengasuh Kharisma. Hanya saja, neneknya yang seringkali khawatir bila Kharisma bermain di luar rumah. Dia berpesan pada orang tua penderita autis agar tidak minder, tidak malu dan putus asa. "Autis bukan akhir segalanya,"tegas perempuan yang tinggal di Jalan Pucang Santoso Tengah III No 2 Perumahan Pucang Gading ini.
Kharisma Rizky Pradana, salah satu bocah penyandang autis yang berprestasi. Di usia 10 tahun, dia mampu menghafal ratusan lagu baik pop dewasa, Jawa dan anak-anak. Dia juga telah menelurkan album. Tak salah, bila Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) memberinya penghargaan 2 kali.
LIS RETNO WIBOWO
LAGU Laskar Pelangi dilantunkan dengan fasih. Suaranya lantang, seirama dengan musik pengiringnya. Si penyanyi cilik berambut lurus berponi itu jalan ke sana kemari sambil memegang mik seolah mengacuhkan penontonnya. Bahkan, sesekali ia bersembunyi di balik tirai panggung sembari terus menyanyi.
Tentu saja aksi bocah itu membuat penonton tersenyum. Penampilan Kharisma Rizky Pradana di auditorium Balai Diklat Keagamaan Semarang itu mempesona para penontonnya, yakni keluarga besar kantor setempat. Terbukti, CD albumnya music education for all dan album anak-anak berkebutuhan khusus lain yang dipamerkan di acara talkshow memperingati Hari Kartini itu laris manis.
Kharisma memang istimewa. Sulung pasangan Sumirin, 36 dan Diah Puji Lestari, 35, itu dikaruniai daya ingat yang sangat kuat. Suka membaca koran, senang dengan hal-hal baru, terutama teknologi infomasi.
"Jawa Pos lahirnya tahun 1949. Kantornya Radar Semarang di Graha Pena. Ada onlinenya lho,"cerocosnya sambil tangannya sibuk menulis di papan ketika ditanya ibunya kapan lahirnya koran Jawa Pos.
Tangannya menulis rangkaian kata berbunyi Jawa Pos Radar Semarang, Graha Pena. Sekali membaca koran atau menyaksikan siaran televisi, dia langsung paham dan hafal di luar kepala.
Ketika diajak ngobrol pun, Karisma tak menunjukkan sebagai penyandang autis. Hanya saja sifatnya yang hiperaktif, tak bisa diam seringkali membutuhkan kesabaran tersendiri.
"Saya ingin jadi dokter spesialis anak biar bisa mengobati anak-anak yang sakit, juga pingin menyanyi,"kata murid kelas 4 Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang ini.
Ibunda Kharisma mengaku tak ada peristiwa khusus ketika mengandung dulu. Karisma merupakan sulung sekaligus cucu pertama dalam keluarganya. Sehingga kehadiran bocah itu sangat dinantikan.
"Kadang ada anggapan terjadi autis karena orang tuanya pernah mencoba menggugurkan dengan minum obat-obatan. Itu tidak benar sama sekali. Kami justru sangat menantikan kelahirannya sebagai anak pertama dan cucu pertama di keluarga,"aku Ny Diah seraya menjelaskan ketika hamil 7 bulan pernah jatuh terpeleset tetapi tidak berpengaruh pada kandungannya kala itu.
Memang ketika masih bayi, ia sempat bingung melihat perkembangan anaknya. Ketika namanya dipanggil sama sekali tidak bereaksi. Seringkali asyik bermain seolah memiliki dunia sendiri. Namun secara keseluruhan, kata Ny Diah, tidak ada tanda-tanda kelainan sewaktu Kharisma masih balita. Hanya saja, ibu dua anak itu merasa heran, umur 2,8 tahun Kharisma sudah bisa membaca dengan cara dieja. Padahal tidak ada yang mengajari.
"Dulu belum begitu dikenal luas apa itu autis. Jadi, saya juga tidak tahu meskipun sedikit heran dengan perkembangan anak saya. Ketika dites, IQ-nya di atas rata-rata anak seusianya, 5 tahun kala itu, dan duduk di bangku TK,"jelas perempuan berambut sebahu itu.
Setahun kemudian ikut tes masuk SD tetapi tidak lolos. Ketika ditanya guru, dia tidak fokus, lari kesana kemari. Dan belum bisa menulis meskipun pandai membaca. Dua sekolah dasar menolaknya. Karuan, orang tua Karisma merasa tertekan dengan kondisi anaknya. Terlebih lagi, anak-anak sebaya di kampungnya kerap menolaknya waktu itu karena dianggap terlalu hiperaktif.
Tetangga menyarankan Kharisma didaftarkan di SLB. Dengan berat hati hal itu dilakukan, meski SLB dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Ternyata justru di sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah Ciptono itulah Kharisma menemukan bakatnya. Ia diterapi secara intensif karena pada saat masuk, komunikasinya belum jelas, tidak ada kontak mata dan bertindak semaunya sendiri.
Dalam waktu singkat, kemampuan Kharisma terasah. Dalam waktu singkat, telah hapal 70 lagu populer sampai akhirnya 250 lagu. Atas prestasi itu, Kharisma memecahkan rekor Muri. Kini, sekitar 400 lagu berhasil dikuasainya.
"Kalau di kelas suka mengetuk-ngetuk meja. Lalu kami arahkan ke bidang seni musik,"kata Kepsek SLBN Semarang Ciptono yang kini dikenal pula sebagai motivator.
Belum lama ini Kharisma mendapatkan hadiah laptop dari istri Wali Kota Semarang Ny Sinto Sukawi Sutarip. "Saya sudah bisa menggunakan internet,"cetusnya menyebutkan Compaq merek laptop kebanggaannya itu.
Ia juga dinobatkan sebagai anak angkat Kota Semarang oleh Pemkot Semarang beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, Ny Diah mengaku tidak kerepotan mengasuh Kharisma. Hanya saja, neneknya yang seringkali khawatir bila Kharisma bermain di luar rumah. Dia berpesan pada orang tua penderita autis agar tidak minder, tidak malu dan putus asa. "Autis bukan akhir segalanya,"tegas perempuan yang tinggal di Jalan Pucang Santoso Tengah III No 2 Perumahan Pucang Gading ini.
" sungguh luar biasa mereka "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar